Sabtu, Agustus 11, 2007

Suatu Saat Di Perjalanan

Malam ini diperjalanan ke Bandung dari Jakarta, ada sesuatu yang menggelitik pikiran sayah. Yang mengembalikan memori sayah ke sekitar satu tahun yang lalu. Malam ini didalam travel yang melewati jalan tol Purbaleunyi pikiran sayah melayang kembali ke saat sayah berada di tempat yang lebar jalannya hanya sekitar 4 meter. Malam ini ditengah perjalanan yang diterangi oleh lampu jalan, lampu gedung, dan lampu mobil angan sayah kembali ke suatu tempat dimana cahaya bintang mengalahkan semua cahaya yang ada di tempat itu. Dimana bintang terlihat jauh lebih banyak dibanding malam ini. Tempat itu adalah Talaud.

Pertama kali sayah menjejakan kaki di Talaud ketika kapal Elizabeth 2 yang membawa sayah dari Manado berhasil bersandar dengan selamat di dermaga Lirung. Tujuan sayah saat itu adalah site Lirung yang merupakan calon tower Telkomsel berdiri. Dengan bermodal ingatan hasil percakapan via telepon dengan teman yang sebelumnya berad disini, sayahpun mencari ojek. Meski nama sitenya Lirung, tetapi lokasinya sama sekali bukan di Lirung melainkan disuatu kampung yang bernama MORONGE. Dan inilah pengalaman sayah.

Naik ojek hanya dengan modal beberapa patah kata yaitu lima ribu, Moronge, dan pembangunan tower Telkomsel, akhirnya sampai juga di tujuan. Ternyata untungnya di Pulau Salibabu (nama pulau dimana Lirung dan Moronge berada) baru lokasi itulah tower telkomsel akan berdiri. Agak shock juga dalam perjalanan naek ojek karena jalannya udah kecil aspalnyapun nyaris tidak ada ditambah si tukang ojek yang mengendarai motor layaknya seorang Valentino Rossi. Untung aja doa sayah selama naek ojek dikabulkan (doanya mudah2an lokasinya ga jauh2 amat biar cepet turun dari motor ini).


Dilokasi sayah disambut oleh pekerja disana dan keluarga Pak Karlos sebagai landlord yang juga rumahnya bersebelahan dengan site. Sayahpun ditawari untuk tinggal di rumahnya Pak Karlos selama di Talaud. Karena ini pertama kalinya sayah ke Talaud ditambah pekerja yang orang2 jawa itu tinggal disitu juga serta bisa menghemat biaya hotel (mode IRIT on) sayahpun menyetujuinya.

Satu hal yang sayah samasekali tidak menduganya adalah rumah itu terrnyata belum dialiri listrik. Meski ada tiang dan kabel listrik didepan rumah tapi ternyata hanya lewat saja, tidak singgah di rumah Pa Karlos. Alhasil tiap malam hanya diterangi patromaks dan kalo tidur hanya diterangi lampu minyak yang cahayanya ga lebih terang dari lilin. Namun dari keterbatasan itu sayah mendapat sebuah pengalaman yang tidak mungkin sayah dapatkan di kota. Di waktu malam cahaya bintang benar2 bersinar terang sekali. Jumlah bintang yang bersinar jauh lebih banyak dari yang pernah sayah lihat. Bahkan melebihi malam ketika acara akhir dan pelantikan di kampus. Sayah baru benar2 bisa merasakan ternyata cahaya alam itu lebih indah dibanding cahaya buatan.

God create all the beautiful things in the universe, people just try to copy it but never make it level or even get closer.

antara Jakarta-Bandung, 10-08-2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar